Rasa pedas yang ditimbulkan saat makan cabai memiliki level yang berbeda. Tak hanya jumlah yang dikonsumsi, jenis cabai juga sangat memengaruhi tingkat kepedasan. Di dunia ilmu pengetahuan, pedasnya cabai dapat diukur, bahkan memiliki satuan tersendiri.
"Sebenarnya ada dua cara untuk mengukur kepedasan cabai, cara pertama dengan kuantitatif, cara kedua dengan subyektif," kata Bapak Teknologi Pangan Indonesia, FG Winarno, saat ditemui KompasTravel, Rabu (1/3/2017).
Metode kuantitatif, lanjut Winarno, menggunakan alat khusus untuk mengukur gelombang maksimum cabai. Hasilnya diukur menjadi kadar capsaicinatau zat kimia yang menimbulkan rasa pedas pada cabai. Satuan untuk mengukur kadar capsaicinini adalah Part per Million (PPM) atau Part per Billion (PPB).
"Kalau subyektif, dilakukan oleh ahli penyicip rasa yang sudah terlatih. Kemudian diutarakan dalam satuan Scoville Heat Unit (SHU)," kata Winarno.
Cabai yang diperdagangkan di pasar internasional, menurut Winarno, harus mencapai ukuran minimal 480.000 SHU.
"Cabai rawit yang biasa itu 700.000 SHU. Tertinggi di dunia ada lebih dari satu juta SHU, namanya ghost chili, bisa sampai tiga juta SHU juga," jelas Winarno.
Ghost chili atau disebut juga 'naga jolikia' adalah cabai yang tumbuh di daerah timur laut India. Kata Winarno, saat cabai ini dijual harus ada informasi yang jelas, baik dari penjual maupun pembeli mengenai kepedasan cabai superpedas ini.
No comments:
Post a Comment