Thursday, May 2, 2019

Asal-usul Leluhur dan Alasan Penyebutan Kampung Melayu


Sejarah asal Kampung Melayu ternyata sudah ada sejak ratusan tahun lalu, tepatnya pada tahun 1619 saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mulai menaklukan Jayakarta.

Menurut pemerhati sejarah yang juga pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kembali, leluhur Kampung Melayu memang merupakan bangsa melayu yang berasal dari utara Selat Malaka, utara Pulau Sumatera, Singapura, Malaysia dan sekitarnya.

Bermula dari serangan Mataram Islam yang tidak terima terhadap VOC di Batavia pada tahun 1626, yang dipmpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Ini yang sekarang disebut Matraman, karena dulu jadi base camp pertahanan Kerajaan Mataram Islam. Sedangkan siap-siapnya di Paseban, tempat kumpul raja dan rakyat sebelum menyerbu Batavia, kata Asep saat dihubungi KompasTravel, Sabtu (27/5/2017).

Oleh karena itu, lanjutnya, sangat masuk akal jika pada tahun 1688 pasca penyerangan itu, pribumi dari berbagai etnis yang didatangkan ke Batavia dikelompokan di beberapa tempat.

Namun, menurutnya meski kebiasaan pribumi dengan VOC zaman dulu melakukan jual beli budak terutama tawanan pasca perang, tak berarti leluhur Kampung Melayu dipekerjakan menjadi budak VOC.

Kedatangan bangsa melayu sebagai leluhur masyarakat Kampung Melayu sendiri terdapat dua garis besar. Pertama bisa jadi sebagai pedangang yang datang ke Batavia, karena padatnya perdagangan di sekitar Selat Malaka. Kedua, bisa juga sebagai tawanan kalah perang antara Portugis yang ditaklukkan Belanda di Malaka.

Kita harus memeriksa lagi kedatangan bangsa melayu ke Batavia itu kenapa, soalnya memang di sana ramai perdagangan. Tapi jangan lupa Portugis yang menguasai Malaka juga ditaklukkan saat itu oleh Belanda sebelum menyerbu Batavia, Kata Asep.

Dari sanalah berbagai etnis tersebut mulai meramaikan pembangunan Batavia. Ada aktivitas perdagangan, perbudakan, maupun KNIL sebagai pembela VOC. Berbagai etnis kala itu ialah Melayu, Bali, Maluku, Tionghoa, dan Arab.

Arab di Kampung Arab, Maluku ada Kampung Bandan di utara, Tionghoa di Glodok, dan bagian selatan ada Kampung Melayu untuk etnis melayu. Itu di kawasan luar mengelilingi Batavia, belum Jakarta ya, karna beda luas kawasan antara Jayakarta, Batavia, dan Jakarta, terang Asep Kambali.

Di titik-titik akses keluar Batavia itulah mereka mudah untuk diawasi, dan dijadikan sebagai buffer zoneatau penyangga wilayah.

Ini terbukti karena jalan-jalan seperti Matraman, Kramat, dan Salemba itu jalan tua sudah ada sejak Mataram, dan merupakan akses ke Batavia. Melayu ditempatkan di selatan sebagai akses pintu masuk, ke arah Jakarta Selatan, Pasar Minggu, Depok dan yang lainnya, karena dulu Batavia cuman sampai Jatinegara, ujar Asep.

Fungsi buffer zone sendiri untuk mengontrol dan daerah penyangga jika sewaktu-waktu ada serangan dari luar, maka mereka akan melapor atau membocorkan ke VOC. Untuk mengoordinirnya, VOC membayar orang berpengaruh di etnis tersebut untuk menjadi kapitan.

Kapitan yang terkenal di Kampung Melayu ialah Kapitan Wan Abdul Bagus. Setelah rakyatnya tambah banyak, kapitan tersebut mengangkat jendral-jendral. Lalu jika semakin banyak lagi rakyatnya, ia akan mengangkat mayor.

No comments:

Post a Comment