Kata orang tua, tidak baik membuang-buang makanan. Namun beberapa festival ini identik dengan hal itu. Perang makanan mungkin bukan hal lazim di Indonesia. Sebaliknya, beberapa negara malah memiliki tradisi perang makanan.
Wisatawan pun bisa turut serta dalam festival perang makanan tersebut. Berikut empat perang makanan unik di dunia.
Perang tomat tahunan ini dipercaya berawal dari aksi para pemuda setempat pada tahun 1945. Kini, tak hanya penduduk lokal yang meramaikan festival itu, tetapi juga ratusan turis akan datang ke kota kecil Bunol di Spanyol.
Acara ini diselenggarakan setiap hari Rabu pada minggu terakhir bulan Agustus.
Para penduduk dan turis akan saling melempar lebih dari 120.000 kilogram tomat. Ada beberapa aturan yang harus dilakukan peserta festival, tomat harus diremuk terlebih dahulu sebelum dilempar. Hal ini untuk menghindari adanya kecelakaan yang membahayakan.
Selain itu tidak boleh menggunakan peralatan untuk melempar tomat. Peserta juga dibatasi hanya untuk 20.000 orang.
Hasil perang adalah kota yang dipenuhi jus tomat warna merah. Ketika acara usai, mobil pemadam kebakaran akan datang ke lokasi acara untuk menyiram sisa tomat-tomat yang sudah hancur.
Festival serupa juga berlangsung di Sutamarchn, Colombia dan Reno, Nevada, Amerika Serikat. Namun La Tomatina diduga sebagai merupakan festival perang tomat pertama di dunia.
Setiap tahunnya, para penduduk lokal Galaxidi, sebuah kota di Yunani yang terletak di pinggir laut, menyelenggarakan permulaan Lent sesuai kalender Yunani Ortodok. Mereka merayakannya dengan saling melempar tepung berwarna.
Tradisi saling melempar tepung ini disebut sebagai Alevromoutzouroma atau Perang Tepung. Festival serupa juga ada di Spanyol bernama Els Enfarinats.
Perbedaannya adalah dalam tradisi Alevromoutzouroma hanya menggunakan tepung, sedangkan telur tidak dilibatkan dalam perang makanan.
No comments:
Post a Comment