- Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) meluncurkan Asosiasi Kopi Masyarakat Adat di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi Kamis (11/5/2017).
Acara tersebut dihadiri delapan komunitas adat yaitu komunitas adat Semende Bengkulu, Boafeo NTT, Sajang Sembalun NTB, Oppu Ronggur Tano Batak, Marga Padang Kuta Pethal Pakpak Kabupaten Pakpak Bharat, Pangalla Kabupaten Toraja, Patongalla Kabupaten Enrekang dan Komunitas Adat Using Kemiren Banyuwangi.
Kepada Kompas.com, Kamis (11/5/2917), Mirza Indra selaku Direktorat Pemberdayaan Ekonomi dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Lestari Pengurus Besar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (PB AMAN) menjelaskan saat ini ada 2.332 komunitas adat se-Indonesia. Masing-masing komunitas memiliki potensi yang berbeda-beda, salah satunya adalah kopi.
"Nantinya dengan adanya asosiasi kopi masyarakat adat, para penggiat kopi bisa bertukar informasi terkait kopi mulai pengelolaan termasuk juga penjualan," katanya.
Selama ini, menurut Mirza, kopi yang dihasilkan komunitas adat berasal dari perkebunan rakyat. Lalu kopi yang bagus biasanya dibeli dengan harga yang murah oleh tengkulak sedangkan masyarakat hanya menikmati kopi yang kualitasnya tidak bagus.
"Kasihan jika masyarakat yang menanam malah menikmati kopi afkiran. Keuntungannya juga sedikit. Nah dengan asosiasi ini mereka bisa belajar untuk mengolah kopinya sendiri dan akan lebih bagus jika di masing masing komunitas adat memilih kafe yang menjual jenis-jenis kopi Nusantara termasuk mengenalkan kopinya sendiri," tambahnya.
Selain itu, masyarakat adat juga bisa menjual kopi produksinya lewat koperasi milik PB AMAN sehingga mereka tidak lagi terjebak harga murah dari tengkulak. Saat ini sudah ada 11 komunitas masyarakat adat yang berada dalam binaan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.
"Nanti kami akan membantu untuk mencarikan pembeli dan membuka jalan untuk para petani kopi untuk menjual hasil kopinya," tambahnya.
Sementara itu, Agus Hermawan selaku Ketua Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Banyuwangi kepada Kompas.com menjelaskan ada lima daerah di Banyuwangi yang bergabung di asosiasi tersebut yaitu Gombengsari Kecamatan Kalipuro, Banjar Kecamatan Licin, Kemiren, Kenjo dan Kampung Anyar Kecamatan Glagah.
"Kelima daerah tersebut terkenal sebagai produsen kopi dan masuk komunitas adat Using. Mereka ada yang sudah memiliki brand ada juga yang belum. Nah di asosiasi ini kita bisa belajar bersama sehingga kopi dari Banyuwangi semakin terkenal," jelasnya.
Selama tinggal Desa Kemiren Banyuwangi, para penggiat kopi tersebut juga mengikuti workshop mulai dari pengelolaan kopi hingga cara penyajian kopi.
"Harapannya tentu saja agar kesejahteraan petani kopi meningkat dan masyarakat adat bisa lebih mandiri," jelas Agus.
No comments:
Post a Comment