Saturday, August 17, 2019

4 Destinasi Religi yang harus Anda Kunjungi di Bangladesh

Arsitektur masjid Shait Gumbat menyerupai benteng dengan puluhan lorong.

Negeri di Asia Selatan punya jejak peradaban yang kaya. Berbagai karya sastra, pemikiran, bahkan agama dapat dilacak jejaknya dari sana.

Bicara soal Asia Selatan, India tentu jadi nama pertama yang akrab di telinga. Namun, Bangladesh turut termasuk dalam negeri Asia Selatan yang tak kalah kaya soal peradaban.

Kebudayaan di Bangladesh telah melalui proses berabad-abad dan merupakan hasil pertemuan beragam budaya. Meskipun kini dihuni oleh 90 persen penduduk Islam, namun jejak kebudayaan Hindu, Buddha, Jain, dan Islam turut andil dalam membentuk budaya Bangladesh.

KompasTravel merangkum beberapa peninggalan di Bangladesh untuk Anda yang tertarik menelusuri jejak tersebut ketika melancong ke negeri Bengal ini:

Stupa tanah liat setinggi 20 meter merupakan ciri utama kompleks Wihara Somapuri di Paharpur. Lantai stupa ini dilapisi oleh lapisan tanah liat lain yang membentuk berbagai manusia dan makhluk dalam berbagai pose.

Wihara ini dipagari oleh 177 kamar mungil yang dulu diperuntukkan bagi para biarawan dan ruang meditasi. Kendati dikenal sebagai wihara, namun dari gaya arsitekturnya, kompleks bangunan ini juga pernah dipakai oleh kalangan Hindu dan Jain.

Pengaruh Jain terlihat pada bagian chaturmukha dan patung Manzuri. Sementara itu, pengaruh Hindu dapat dikenali dari relief kisah Mahabarata dan Ramayana, selain patung Ganesha dan bayi Krishna.

Masjid yang berdiri di Kota Bagerhat ini adalah masjid terbesar sekaligus masjid tradisional termegah se-Bangladesh. Dibangun dari batu-batu bata, masjid yang tampak serupa benteng ini menampakkan pengaruh Turki yang amat jelas.

Para wisatawan yang hendak mengunjungi masjid ini mesti memiliki tiket masuk. Di samping itu, seringkali turis-turis wanita tidak diperbolehkan memasuki bangunan berusia lima abad ini.

Kuil ini berada di Dinajpur. Mirip dengan Candi Prambanan, Kuil Kantanagar yang dibangun pada abad ke-18 ini dipenuhi dengan relief kisah-kisah Hindu. Namun, di samping itu juga terdapat relief yang bercerita mengenai kehidupan sosial Bangladesh zaman dulu.

Dulu, sebanyak sembilan menara bertingkat yang dipenuhi ornamen pernah bercokol di atap bangunan ini. Namun, semua hancur oleh gempa besar pada 1897 yang mengguncang Bangladesh menghancurkannya dan hingga kini tidak digantikan.

Festival Maha Raas Leela yang telah berabad-abad menjadi tradisi senantiasa digelar di sini pada purnama di akhir November atau awal Desember. Festival ini merayakan lahirnya Krishna dan setiap tahun memikat hampir 200 ribu peziarah.

Biara ini termasuk salah satu lokasi ziarah utama di Bangladesh, dibangun untuk menghormati tokoh sufi Bengal, Shah Jahlal, yang hidup di abad ke-14.

Kompleks biara ini terletak di Sylhet. Di dalamnya, terdapat masjid dan pusara sang sufi yang diselubungi kain brokat serta dikelilingi temaram lilin. Pengunjung nonmuslim dapat memasuki biara ini, dengan syarat melepas alas kaki di muka biara dan berpakaian sopan.

Namun, pengunjung wanita hanya dapat memasuki kompleks biara. Sebagai gantinya, terdapat aula khusus bagi pengunjung wanita untuk berdoa.

Penduduk Bangladesh menganggap, sebuah kehormatan jika kelak dapat dimakamkan di dekat kuburan Hazrat Shah Jahlal. Di kompleks biara juga terdapat kolam lele yang disakralkan lantaran dianggap penjelmaan raja Hindu, Gour Govina, yang takluk oleh sang sufi.

No comments:

Post a Comment