Saturday, October 19, 2019

6 Cara Wisata Kuliner Ramah Lingkungan

Aneka hidangan boga bahari (seafood) segar tersuguh di kawasan wisata kuliner malam di Jalan Alor, Bukit Bintang, Kuala Lumpur, Malaysia.

Kuliner jadi salah satu motivasi terbesar turis dunia untuk memilih destinasi wisata. Tak heran banyak kota di dunia yang menonjolkan makanan sebagai bintang utama untuk menarik wisatawan.

Tak terkecuali di Indonesia, negara yang kaya akan khazanah makanan dan minuman lokal ini begitu menarik untuk dijelajah dalam soal rasa hidangan.

Masalahnya wisata kuliner juga meninggalkan jejak karbon yang tidak sedikit. Mulai dari yang dihasilkan transportasi dari dan menuju restoran, kemasan, sampai produk makanan itu sendiri. Berikut adalah enam cara berwisata kuliner ramah lingkungan:

Makan langsung di rumah makan, cafe atau restoran berarti memangkas bungkus kemasan makanan seperti sterofoam, kotak karton, kertas bungkus, atau plastik. Belum lagi ditambah alat makan dari plastik.

Makan di tempat langsung sebenarnya juga terbilang praktis dan dapat merasakan suasana kehidupan masyarakat setempat.

Mulailah untuk mempertimbangkan membawa kotak makan sendiri saat berwisata. Hal ini untuk mengakali jika Anda memang gemar membungkus makanan. Pilihlah kotak makan kedap udara, bertutup rapat, dan kalau bisa dengan bahan yang dapat dipanaskan langsung di microwave. Membuat makanan dapat disimpan lebih awet.

Limbah makanan merupakan penyumbang karbon terbesar ke tiga di dunia. Habiskan makanan yang Anda pesan. Cara lain adalah memesan dalam porsi yang sesuai dengan Anda agar tidak berlebih. Jika masih bersisa, bungkuslah makanan Anda dengan kotak makan yang telah dibawa. Makanan ini dapat disantap ketika Anda lapar di jalan atau di penginapan.

Rantai makanan menyumbang emisi yang cukup besar. Dengan memilih rumah makan yang memanfaatkan produk lokal, secara tidak lansung mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari distribusi makanan. Jika bisa, pilihlah rumah makan yang memanfaatkan produk hasil tani organik dan ramah lingkungan.

No comments:

Post a Comment