Usai menikmati gulai, rendang, gohu ikan, sate buntel, bubur kelor, dan urap, tiba saatnya untuk menikmati makanan penutup.
Seorang laki-laki berusia paruh baya bertubuh gempal tiba-tiba datang ke meja makan, membawa dua nampan besar berisi kue lumpur.
"Masih hangat, baru keluar dari oven kuenya!" katanya dengan logat khas yang tak begitu kentara.
Laki-laki tersebut berdiri di depan saya, tersenyum lebar. Dari hidung yang mancung menukik, bola matanya yang tak bewarna hitam, serta perawakannya, jelas ia bukan orang Indonesia.
Ia kemudian diperkenalkan sebagai Antoine Audran, executive chef di Restoran Kaum. Seorang Perancis yang memasak semua hidangan Indonesia yang baru saja saya santap dengan lahap!
"Saya sudah 20 tahun di Indonesia. Awalnya saya suka makanan Indonesia, karena tak ada makanan Perancis yang enak di sini, kecuali saya masak sendiri," kata Audran dengan bahasa Indonesia yang fasih.
Akhirnya Audran berkisah mau tak mau ia harus menyantap makanan lokal setempat, tak sangka ternyata ia justru jatuh cinta kepada makanan Indonesia sejak saat itu.
Cinta Audran kepada makanan khas Indonesia bukan manis di mulut saja. Sang koki berkeliling Indonesia sampai ke daerah pelosok untuk mencari bahan baku terbaik. Ia juga belajar memasak dari orang lokal.
"Waktu itu pernah ke daerah Wakatobi, saya pergi ke pulau cari kacang mede, di kapal terombang ambing, ada kali satu minggu baru bisa pulang," kata Audran menceritakan pengalamannya pada jurnalis yang hadir di acara Kaum Media Gathering, di Restoran Attarine, Senopati, Jakarta, Kamis (9/3/2017).
Kue lumpur yang baru saja ia buat, juga dipelajarinya dari pedagang kue lumpur di daerah Sidoarjo.
Audran dengan semangat bercerita ketika bereksperimen membolongi kaleng biskuit di rumahnya sebagai tempat arang. Tak lain untuk menjadi wadah memasak kue lumpur. "Lumayan loh hasilnya," kata Audran jenaka.
Wajah Audran kemudian tampak serius ketika ditanya manakah tempat di Indonesia yang membekas baginya.
"Di hutan Kalimantan, Dayak. Saya suka filosofi mereka. Saya iri sekali dengan orang Dayak. Mereka itu punya supermarket alam. Mau masak, tinggal keluar rumah, petik daun, petik buah. Enak sekali. Sudah pernah ke Kalimantan?" balas Audran.
No comments:
Post a Comment