Thursday, October 24, 2019

Anak Usia 7 Tahun, Yuk Ajak Panjat Tebing Gunung Parang

Bening memanjat tebing Gunung Parang, Purwakarta, menggunakan teknik yang disebut via ferrata atau naik menggunakan tangga baja, Minggu (2/7/2017)

- Ketika anak Anda memasuki usia 7 tahun, tentu mau dong mengajaknya lebih dekat lagi dengan kegiatan alam bebas, salah satunya panjat tebing. Rata-rata anak minimal usia tersebut dinilai aman berkegiatan ke jenjang yang lebih menantang.

Nah, kalau mau, patut dicoba nih, panjat tebing di Gunung Parang, Purwakarta. Jangan bayangkan dulu kengerian merayap dan bergelantungan di paras tebing nan tinggi. Saat ini, di Gunung Parang sudah ada namanya via ferrata, yaitu panjat tebing menggunakan tangga baja.

Meskipun via ferrata Gunung Parang sudah dikenal kalangan dewasa pegiat alam bebas. Namun, banyak yang belum tahu, sebenarnya kegiatan ini juga bisa dilakukan bersama anak-anak lho

Badega Gunung Parang, adalah salah satu operator yang Kompas.com percaya untuk memandu via ferrata bersama anak-anak saat libur sekolah lalu. Satu hal yang harus diperhatikan adalah, bahwa panjat tebing bukan kegiatan tanpa risiko, tapi tidak perlu khawatir, kita menggunakan peralatan pengaman yang standar dan didampingi pemandu profesional.

Selama mematuhi prosedur penggunaan alat dan mengikuti arahan pemandu, via ferrata akan dirasakan anak-anak layaknya piknik menggembirakan, tapi yang ini akan lebih menantang buat mereka.

Peralatan seperti harness ukuran paling kecil untuk anak usia 7 tahun tergantung besar badan, peralatan lainnya standar, akan diajari, dan dibantu oleh pemandu, ujar Danni Daelami, koordinator pemandu Badega Gunung Parang.

Ia menyiapkan rute via ferrata untuk anak-anak dan keluarga setinggi 100 dan 200 meter, yang dapat ditempuh dengan waktu 2 jam turun dan naik. Tarif sewa alat, kursus dan pemandu, berbeda-beda tiap ketinggian. Informasinya bisa dilihat di akun instagram @badegaparang.

Dari empat orang anak yang mencoba via ferrata bersama Kompas.com, dua anak memilih turun setelah naik setinggi 10 meter. Emosi mereka meluap-luap, mulai dari ketakutan, panik, takjub, hingga terharu saat menginjak tangga demi tangga untuk menambah ketinggian.

Inilah saat yang tepat bagi anak-anak untuk belajar langsung mengelola emosi diri. Di saat kepayahan dan kelelahan, suasana hati dan karakter anak yang sesungguhnya akan mudah terlihat.

Pemandu atau orangtua yang mendampingi hanya memberi pandangan dan semangat, bahwa mereka pasti mampu mengatasi diri, mengubah kepanikan menjadi kegembiraan. Karena kalau panik biasanya bikin semuanya buta dan justru bahaya, ujar Deden, seorang pemandu.

Meskipun anak-anak pada dasarnya senang tantangan dan eksplorasi, layak dipahami agar orangtua tidak memaksakan kehendak. Biarkan anak-anak yang memilih, mau atau tidak.


  1. Anak-anak wajib didampingi orangtua dan pemandu.
  2. Kenali riwayat penyakit anak yang berbahaya untuk panjat tebing seperti gangguan jantung, darah tinggi, dan penyakit paru-paru.
  3. Meskipun via ferrata tidak membutuhkan keahlian khusus, tapi wajib kenali psikologis dan fisiologis anak. Jangan paksa anak yang fobia ketinggian atau ketika sudah lelah.
  4. Ajak anak untuk selalu gembira selama pemanjatan tebing.
  5. Jangan paksakan anak-anak sampai di puncak atau akhir. Ingat, yang jadi target penting bukan puncak melainkan pelajaran mengelola emosi.


Itulah beberapa tips awal, selebihnya adalah tips yang bersifat teknis yang disampaikan langsung oleh giude di lapangan.

Ada satu hal yang tidak kalah penting yang akan didapat oleh anak-anak, yaitu kemandirian. Karena mereka akan mendaki dengan kepala, tangan dan kaki sendiri, gak mungkin kan digendong?

No comments:

Post a Comment